kabarfaktual.com – Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sering kali menjadi sorotan media, namun di balik angka-angka tersebut, banyak korban memilih bertahan dalam pernikahan yang toksik. Mungkin bagi sebagian orang, keputusan ini sulit dipahami. Namun, ada berbagai alasan kompleks yang membuat para korban tetap tinggal, meskipun mereka mengalami penderitaan yang mendalam.
- Ketergantungan Ekonomi
Salah satu alasan utama adalah ketergantungan ekonomi. Banyak korban KDRT merasa terjebak dalam situasi di mana mereka bergantung sepenuhnya pada pelaku, baik itu untuk kebutuhan hidup sehari-hari, tempat tinggal, atau pendidikan anak-anak. Kehilangan sumber pendapatan dapat menjadi ancaman yang menakutkan, terutama bagi korban yang tidak memiliki pekerjaan atau keterampilan yang memadai.
- Ketakutan Akan Kekerasan yang Lebih Parah
Korban sering kali hidup dalam ketakutan bahwa jika mereka mencoba meninggalkan pelaku, kekerasan yang mereka alami akan semakin buruk. Ancaman dari pelaku, termasuk ancaman pembalasan atau balas dendam, sering kali membuat korban merasa lebih aman untuk tetap tinggal, meskipun dalam situasi yang berbahaya.
- Tekanan Sosial dan Budaya
Norma-norma sosial dan budaya juga memainkan peran penting. Dalam banyak budaya, perceraian masih dipandang sebagai sesuatu yang tabu, dan tekanan untuk menjaga keharmonisan keluarga dapat sangat kuat. Korban sering kali merasa malu atau khawatir tentang bagaimana keluarga, teman, atau masyarakat akan memandang mereka jika mereka keluar dari pernikahan. Dalam beberapa kasus, ajaran agama atau keyakinan moral juga dapat mempengaruhi keputusan korban untuk tetap tinggal.
- Harapan Akan Perubahan
Banyak korban KDRT berharap bahwa pelaku akan berubah. Pelaku sering kali menunjukkan penyesalan atau berjanji untuk berubah setelah melakukan kekerasan, yang membuat korban merasa bahwa ada harapan bagi hubungan mereka untuk menjadi lebih baik. Siklus penyesalan, janji, dan kekerasan berulang ini dapat membuat korban terjebak dalam pernikahan yang toksik.
- Anak-Anak Sebagai Pertimbangan
Korban KDRT yang memiliki anak sering kali memilih untuk bertahan demi kesejahteraan anak-anak mereka. Mereka mungkin khawatir tentang bagaimana perceraian akan mempengaruhi anak-anak secara emosional atau bagaimana mereka akan mampu menghidupi anak-anak mereka tanpa bantuan dari pelaku. Meskipun ironis, banyak korban tetap tinggal karena mereka ingin melindungi anak-anak mereka dari kemungkinan trauma yang lebih besar.
- Kurangnya Dukungan
Korban KDRT sering kali merasa terisolasi dan tidak memiliki dukungan dari keluarga, teman, atau sistem sosial yang seharusnya membantu mereka. Kurangnya akses terhadap bantuan hukum, tempat perlindungan, atau layanan konseling dapat membuat korban merasa bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain selain bertahan dalam situasi yang berbahaya.
- Pengaruh Psikologis dan Manipulasi
Kekerasan dalam rumah tangga sering kali melibatkan manipulasi psikologis yang mendalam. Pelaku bisa membuat korban merasa tidak berharga, tidak mampu hidup sendiri, atau tidak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik. Efek psikologis dari kekerasan ini bisa sangat menghancurkan, membuat korban merasa terjebak secara emosional dan mental.
Tinggalkan Balasan