JAKARTA – El Nino adalah fenomena alam yang disebabkan oleh climate change. El Nino merupakan fenomena kering dimana curah hujannya lebih kering dari biasanya. El Nino erat kaitannya dengan peningkatan konsentrasi kenaikan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Hal ini menyebabkan suhu dipermukaan bumi hangat bahkan semakin panas.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong para petani membuat Indonesia menjadi negara paling kuat dalam menghadapi ancaman El Nino maupun krisis global dunia.
Mentan Syahrul juga meminta kepada jajarannya yang berada di lapangan untuk membantu para petani yang kesulitan dan meminta persiapan dari semua daerah di seluruh Indonesia untuk menghadapi El Nino.
“Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrim El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang”, tegas Mentan Syahrul.
Sejalan dengan itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan bahwa El Nino adalah salah satu fenomena sebagai dampak dari climate change, selain itu ada juga La Nina dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang sangat luar biasa.
“Karena di Samudra Pasifik suhu atmosfirnya cenderung hangat, jadi angin yang melewati Indonesia cenderung relatif sedikit makanya terjadi kekeringan, fenomena inilah yang dilihat para ahli sehingga menduga atau memprediksi di Indonesia akan terjadi kekeringan”, jelas Kabadan Dedi.
Kabadan menambahkan bahwa pertanian itu perlu air dan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Saat terjadi El Nino akan menjadi masalah yang sangat besar, begitu air terganggu maka produktivitas terganggu artinya produksi menurun secara drastis. Ini harus diantisipasi oleh kita semua dan petani harus paham El Nino itu apa dan dampaknya bagaimana dan apa yang harus dilakukan.
Guna menindaklanjutinya, pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 18, Jum’at (19/5/2023) hadir sebagai Nararumber MSPP Yayan Apriyana, Peneliti Ahli Madya dari Badan Riset dan Inovasi Nasional yang menjelaskan bahwa kekeringan yang berlangsung hampir setiap tahun dan intensitasnya meningkat tajam pada kejadian iklim ekstrim berupa El Nino merupakan salah satu penyebab penurunan produksi pangan.
“Dampak El Nino pada sektor pertanian diantaranya kerentanan terhadap ketahanan dan stabilitas pangan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional”, ujar Yayan.
Yayan menambahkan bahwa untuk antisipasi dini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok terfokus untuk melakukan identifikasi dan pemetaan daerah rawan kekeringan di seluruh wilayah lahan pertanian untuk menentukan wilayah prioritas penanganan.
“Sektor pertanian merupakan salah satu sektor paling rentan terhadap perubahan iklim. Oleh sebab itu sektor pertanian harus memprioritaskan adaptasi, dan kegiatan mitigasi yang mempunyai co-benefit adaptasi”, imbuhnya. (HV/NF)