Kolaborasi Program-Program Utama Kementan Hadapi Fenomena El Nino

El Nino
Kementan RI melalui BPPSDMP mengadakan acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 24 Jumat (14/07/2023). (Sumber Humas Kementan)

JAKARTA – Perubahan iklim dan krisis pangan global diyakini masih menjadi ancaman serius di tahun 2024. Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mengambil langkah-langkah strategis untuk mengantisipasinya. Diantaranya dengan mempersiapkan berbagai upaya antisipasi dan adaptasi El Nino di sektor pertanian yang siap dilaksanakan setiap daerah. Selain itu, Kementan terus mendorong dan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan serta mengantisipasi dampak El Nino dan sebagai persiapan dari semua daerah di Indonesia untuk menghadapi El Nino.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan di tengah tantangan sektor pertanian seluruh pelaku pertanian fokus bekerja dalam mempersiapkan pangan masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan petani Indonesia.

“Apapun besok tantangan, mau ada El Nino, mau ada climate change, mau ada krisis pangan, Indonesia akan tetap siap untuk mempersiapkan pertanian yang lebih baik, tantangan tidak boleh menghentikan langkah kita,” ujar Mentan Syahrul.

Mentan Syahrul juga meminta kepada seluruh jajarannya untuk segera melakukan langkah strategis dan antisipasi dalam menghadapi El Nino 2023.

Pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 24 Jumat (14/07/2023), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa BMKG menyampaikan El Nino terjadi karena meningkatnya suhu di Samudra Pasifik, sehingga menyebabkan tekanan udara turun sehingga konsentrasi uap air di Samudra Pasifik rendah.

Baca Juga:   Inovatif, Penyuluh dan Petani Banjar Tingkatkan Produktivitas dengan “Kaltrap Keong Mas”

“Yang harus dipikirkan bagaimana kita mengatasi El Nino walaupun di berbagai tempat masih ada curah hujan, prediksi BMKG mulai Juni hingga Juli El Nino lemah, sedangkan Agustus hingga September El Nino akan menguat dilevel sedang”, ujar Kabadan Dedi.

Dedi menambahkan untuk mengamankan produksi pertanian kita, maka kita harus antisipasi El Nino dan harus ada tindakan mitigasi perubahan iklim.

Narasumber MSPP, Kepala BSIP Agroklimat dan Hidrologi Pertanian Asmarhansyah menjelaskan bahwa Sektor Pertanian adalah salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK), sekaligus sektor yang rentan terhadap perubahan Iklim.

“Keragaman iklim Indonesia dipengaruhi oleh berbagai sirkulasi atmosfer, dan salah satu yang paling besar pengaruhnya adalah El Nino Southern Oscillation (ENSO). Terminologi ENSO sering digunakan untuk merujuk fenomena El Nino dan La Nina”, jelas Asmarhansyah.

Asmarhansyah menambahkan bahwa prediksi kekeringan untuk periode Juni 2023, dengan prediksi luas risiko kekeringan untuk komoditas padi sawah di Indonesia berada pada kisaran antara kategori rendah hingga kategori sedang. Luas total sawah dengan risiko kekeringan kategori sedang pada bulan Juni 2023 sebesar 5,4% atau 410.675 Ha”, jelasnya kembali.

Baca Juga:   Sukses Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Kementan Support Smart Gerdana Terus Dijalankan

Selanjutnya Asmarhansyah menjelaskan bahwa tugas dan fungsi Gugus Tugas yang mencakup identifikasi dan evaluasi dampak perubahan iklim, perumusan strategi adaptasi menyesuaikan diri dengan perubahan iklim serta koordinasi implementasi kebijakan dan program terkait fenomena El Nino.

“Adapun dampak perubahan iklim di sektor pertanian perlu dilakukan sebagai upaya apdatasi sekaligus mitigasi sebagai co benefit”, pungkasnya. (HV/NF)