NIS juga menduga bahwa pejabat kedutaan Korea Utara telah menyampaikan laporan palsu yang menyalahkan faktor ‘eksternal’, termasuk Korea Selatan, atas pembelotan para elite. Hal ini diyakini memicu rencana “pembalasan” terhadap staf kedutaan Seoul.

Sejak 2017, jumlah pembelot elite Korut yang tiba di KorSel meningkat, dengan 196 pembelot pada tahun lalu, termasuk sepuluh diplomat.

Pemerintah KorSel telah meningkatkan status siaga anti-terorisme untuk lima fasilitas diplomatiknya di negara-negara termasuk Kamboja, Laos, Vietnam, Rusia, dan China, yang memiliki kedutaan besar dan konsulat dari kedua Korea.

Meskipun Korea Utara memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 150 negara, jumlah tersebut terus berkurang sejak tahun 1990 karena masalah keuangan dan konflik politik.