Lawan Perubahan Iklim dan Krisis Pangan Global, Kementan Dorong Pertanian Cerdas Iklim

Iklim
Kunjungan dan Diskusi Implementasi SIMURP di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang, Senin (12/06/2023). (Sumber: Humas Kementan)

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produktivitas pertanian nasional. Hal itu dilakukan dalam rangka menghadapi ancaman perubahan iklim dan krisis pangan global. Salah satu upaya yang dilakukan Kementan yang diinisiasi oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) adalah dengan menerapkan program Climate Smart Agriculture (CSA) atau pertanian cerdas iklim. Sebagaimana diketahui, pertanian cerdas iklim merupakan salah satu tujuan dari program Stategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta kepada jajarannya untuk terus meningkatkan kerja sama dan kolaborasi untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Apalagi, di tengah situasi ancaman perubahan iklim dan krisis pangan global, program penyediaan pangan untuk seluruh rakyat tak boleh terganggu.

“Harus kita ingat bahwa tujuan pembangunan pertanian kita di antaranya peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, meningkatkan Intensitas Pertanaman (IP), serta budidaya ramah lingkungan dengan tujuan akhir menyejahterakan petani dan meningkatkan pendapatannya”, papar Mentan Syahrul.

Menurut Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi program SIMURP memberikan banyak manfaat untuk petani dan penyuluh. “SIMURP mengajarkan banyak hal kepada petani, khususnya bagaimana melakukan pertanian cerdas dalam menghadapi perubahan iklim. Termasuk bagaimana cara mengantisipasi dan menangani penyakit tanaman.

Dikatakan Dedi, kunci keberhasilan SIMURP adalah kerja sama dan sinergitas dari seluruh pemangku kepentingan dan insan pertanian. Dedi berharap pogram SIMURP tetap fokus pada kegiatan pertanian ramah lingkungan dengan memaksimalkan kegiatan penyuluhan pertanian.

“Petani dan penyuluh harus menjadi pemenang di daerahnya masing-masing. Petani dan penyuluh harus menjadi agen perubahan guna peningkatan produktivitas, membangun kelembagaan ekonomi, memanfaatkan fasilitas, memaksimalkan jaringan irigasi untuk pertanian yang semuanya bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian”, ulas Dedi.

Baca Juga:   Semangat Dies Natalis ke-5, Polbangtan Kementan Komitmen Bangun SDM Pertanian Unggul

Menurutnya, krisis pangan global menuntut perubahan model pertanian yang berkelanjutan. Kendati begitu, tak ditampiknya ada beberapa problematika dalam menghadapi krisis pangan global. “Perubahan iklim, isu ekonomi global dan mata rantai pasokan itu beberapa di antara kendala yang dihadapi.

Salah satu penerima manfaat SIMURP adalah petani dan penyuluh di Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang, Jawa Barat, beberapa waktu yang lalu menerima kunjungan dari Tim World Bank yang diwakili oleh Konsulran Konsultan Program Pertanian dan Pangan World Bank (WB), Heru Prama Yuda, perwakilan FAO, Kundan Singh dan Tim NPIU BPPSDMP, yang diwakuli oleh Penyuluh Pertanian Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan).

Kundan Singh menjelaskan, kedatangan Tim WB untuk melihat lebih dekat implementasi program SIMURP di lapangan.

Selain itu juga, pihaknya ingin tahu tantangan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan, baik untuk mitra di daerah, BPP, penyuluh, petani, Poktan, Gapoktan dan lain sebagainya. Juga, apa saja kendalanya dan apa aspek yang perlu kita tingkatkan ke depannya.

Heru tak menampik jika pola tanam dan produktivitas akan terkena imbas perubahan iklim yang terjadi saat ini. Oleh karenanya, pertanian cerdas iklim merupakan solusi untuk menghadapi hal tersebut.

Menurutnya, pertanian cerdas iklim tidak akan sukses jika petaninya tidak cerdas iklim. Maka, kuncinya ada di petani. Maksudnya adalah bagaimana petani bisa mengelola, memitigasi dan mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

Pun halnya dengan ketahanan pangan nasional yang menjadi program Kementan, menurut Heru hal tersebut bergantung sepenuhnya kepada petani. Lumbung pangan tergantung kepada petani memutuskan apa yang akan dilakukan di lahan pertaniannya. Keputusan petani akan berdampak kepada level makro. Maka, upaya kolektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian kita penting untuk dilakukan.

Baca Juga:   Gelaran Penas Petani Nelayan XVI 2023 di Sumbar Siap Dihadiri Puluhan Ribu Petani dan Nelayan

Kuncinya adalah meningkatkan produktivitas dan menjaga lingkungan. Oleh karenanya, petani harus tangguh, cerdas iklim dan ramah lingkungan. Beruntung, Kementan memiliki jaringan yang solid di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Subang, terkhusus di Kecamatan Pamanukan. Sehingga program yang dijalankan dapat terserap dengan baik hingga tingkat lapisan paling bawah.

Menurut Tim NPIU SIMURP BPPSDMP yang diwakili oleh Penyuluh Pertanian Pusat Siti Nurjanah mengatakan, ada beberapa yang perlu menjadi fokus bersama agar ketahanan pangan nasional dapat terjaga dengan baik. Kita berharap ada luas baku lahan abadi. Ke depan juga perlu dimanage bagaimana menghadapi peningkatan serangan hama. Perbaikan jaringan irigasi rusak dan terbatas, kesuburan tanah akibat ketergantungan penggunaan pupuk kimia menyebabkan lahan kita sakit dan sejumlah hal lainnya.

Harus ada pendekatan komprehensif untuk menjawab tantangan terhadap pangan. Salah satu kuncinya adalah meningkatkan produksi dan produktivitas, baik padi maupun non padi, melalui intensitas pertanaman. Kita harus mampu mengatur pola tanam atau pertanian cerdas iklim. Kita juga harus mampu meningkatkan pendapatan petani menuju ketahanan pangan berkelanjutan, tuturnya.