Karena itu SYL mengakui, hadirnya Biotron menjadi salah satu pilihan dan mutlak dilakukan di tengah jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan pangan pentingnya ketersediaan pangan. Apalagi pangan dunia dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. “Climate change, degradasi lahan dan El Nino ada depan mata kita. Dengan pendekatan scientific dan teknologi baru menjadi mutlak harus kita lakukan untuk meningkatkan produksi pangan,” tegasnya.

Jika melihat pertumbuhan pertanian, SYL mengungkapkan, dalam tiga tahun ketika sektor lain dalam posisi merah, justru pertanian dalam posisi hijau (tumbuh positif). Jika selama ini ekspor kenaikkan tidak sampai 15 persen,maka kini bisa mencapai 36,84 persen. Begitu juga nilai ilai tukar petani yang dalam RPJM 2024 ditetapkan hanya 104 -106, tahun ini bisa mencapai angka 111-112. “Pertanian masih menjadi andalan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Menurut SYL, hadirnya Biotron menjadi solusi di tengah kondisi harga pupuk yang mahal dan terbatasnya anggaran pemerintah untuk mensubsidi. Seperti diketahui, dari total kebutuhan pupuk sebesar 24 juta ton, pemerintah hanya dapat mengalokasikan anggaran subsidi untuk sebanyak 9 juta ton.