Belum ada tanggapan dari kantor Presiden Palestina yang berkedudukan di Ramallah, Tepi Barat, terkait pengumuman yang disampaikan Shtayyeh tersebut.
Pengumuman pengunduran diri itu disampaikan ketika tekanan dari Amerika Serikat (AS) terhadap Presiden Abbas semakin meningkat untuk menggoyahkan Otoritas Palestina dan mulai merancang struktur politik yang bisa memerintah negara Palestina setelah perang berakhir nantinya.
Situasi di Palestina semakin mengkhawatirkan setelah perang berkecamuk di Jalur Gaza usai Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu, yang menurut otoritas Tel Aviv menewaskan sekitar 1.200 orang yang kebanyakan warga sipil. Lebih dari 250 orang diculik dan disandera di Jalur Gaza.
Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 30.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel dalam beberapa bulan terakhir.(SW)
Tinggalkan Balasan