kabarfaktual.com — Sebuah tugu unik berbentuk biawak yang berdiri megah di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, mendadak menjadi viral di media sosial. Patung yang menarik perhatian ini, hasil karya seniman Rejo Arianto bersama enam orang lainnya, kini telah menjadi salah satu spot foto favorit yang ramai dikunjungi wisatawan.
Tugu Biawak, yang terletak tepat di akses masuk Kabupaten Wonosobo, bukan hanya sekadar hiasan, melainkan sebuah karya seni yang mengangkat identitas lokal dan mempercantik pemandangan. Tugu ini menyedot perhatian warganet karena biaya pembuatannya yang terbilang sangat terjangkau, hanya sekitar Rp 50 juta—jauh lebih rendah dibandingkan dengan patung-patung besar lainnya yang menelan anggaran hingga miliaran rupiah.
Warga setempat dan wisatawan kini sengaja datang hanya untuk berfoto di depan tugu ini, menjadikannya simbol kebanggaan baru bagi masyarakat Desa Krasak. Gunawan, Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto, mengatakan bahwa tugu ini merupakan hasil kerja keras pemuda desa dan dukungan penuh warga. “Warga sangat antusias. Sekarang banyak yang berhenti di sini hanya untuk berfoto. Ini membanggakan karena tugu ini bisa menjadi ikon baru bagi Desa Krasak,” katanya.
Tugu Biawak yang viral ini ternyata tidak menggunakan dana desa, melainkan berasal dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang disalurkan melalui Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Ini semakin menambah nilai apresiasi terhadap kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta dalam menciptakan sesuatu yang bernilai estetika tinggi dan berdampak positif bagi ekonomi lokal.
Biawak, Ikon Lokal Desa Krasak
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, menjelaskan bahwa ide pembangunan tugu ini berasal dari inisiatif pemuda Desa Krasak yang ingin mengangkat ciri khas lokal. “Biawak sering dijumpai di daerah ini dan sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Tugu ini tak hanya simbol, tapi juga hasil kolaborasi yang patut diapresiasi,” ujar Bupati Afif dalam keterangan resminya.
Afif juga mengapresiasi karya Rejo Arianto yang berhasil mewujudkan tugu tersebut dengan anggaran terbatas namun tetap memperhatikan nilai estetika yang tinggi. “Ini memberi warna baru bagi akses masuk Kabupaten Wonosobo dan berpotensi sebagai daya tarik wisata lokal,” tambahnya.
Proses pembuatan tugu hanya memakan waktu satu setengah bulan, dengan bantuan tujuh orang yang dipimpin oleh seniman senior Rejo Arianto. Patung biawak yang terlihat sangat mirip dengan aslinya ini kini menjadi magnet bagi pengunjung yang ingin mengabadikan momen di depan karya seni unik ini.
Harapan Baru untuk Desa Krasak
Dengan viralnya Tugu Biawak, Desa Krasak kini semakin dikenal sebagai wilayah yang menjunjung tinggi identitas lokal dan semangat gotong royong. “Tugu Biawak kini tak hanya menjadi landmark desa, tapi juga wujud nyata kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan seniman lokal yang patut diapresiasi,” kata Bupati Afif.
Bupati juga berharap bahwa kehadiran tugu ini akan menjadi awal yang baik untuk mengembangkan Desa Krasak sebagai destinasi wisata baru di Wonosobo, yang tidak hanya membawa manfaat ekonomi bagi warga setempat, tetapi juga melestarikan kearifan lokal. “Semoga ini menjadi penggerak perekonomian warga, sekaligus menginspirasi desa-desa lain untuk menciptakan keunikan dan kebanggaan mereka sendiri,” tambahnya.
Kini, Tugu Biawak tidak hanya menjadi daya tarik visual, tetapi juga simbol kekuatan kolaborasi masyarakat dan pemerintah dalam menciptakan perubahan positif yang berdampak luas.
Tinggalkan Balasan