Tradisi merayakan Hari Raya Idul fitri dengan kembali ke kampung halaman atau mudik, telah menjadi momen yang dinanti-nantikan oleh masyarakat Indonesia. Namun, di balik tradisi ini seringkali disertai dengan kemacetan saat mudik yang meresahkan.
Seorang pakar tata kota dari ITB, Dr. I Gusti Ayu Andani menjelaskan bahwa fenomena kemacetan saat mudik bukanlah masalah yang eksklusif terjadi di Indonesia.
Dr. I Gusti Ayu Andani sebut berbagai negara juga mengalami permasalahan serupa kemacetan saat mudik pada perayaan tradisional atau liburan nasional.
Salah satu faktor penyebab kemacetan saat mudik adalah urbanisasi yang cepat dan tidak terkontrol.
Proses urbanisasi ini menciptakan konsentrasi populasi di wilayah perkotaan, sehingga ketika musim mudik tiba, masyarakat yang tinggal di kota berbondong-bondong kembali ke kampung halaman mereka.
Kemacetan saat mudik juga disebabkan oleh kurangnya integrasi antara berbagai moda transportasi publik dan konektivitas menuju pusat-pusat permukiman.
Hal ini membuat banyak orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, yang kemudian menambah volume lalu lintas.
Selain itu, manajemen lalu lintas yang kurang efisien juga turut berkontribusi terhadap kemacetan saat mudik.
Masalah utama dalam pengelolaan lalu lintas saat musim mudik adalah kekurangan personel yang bertugas mengatur lalu lintas, ketidaksesuaian sistem lampu lalu lintas dengan jumlah kendaraan yang ada, serta kekurangan rambu-rambu lalu lintas yang memadai.
Di samping itu, kondisi jalan yang buruk juga menjadi faktor penyebab kemacetan.
Jalan yang rusak memperlambat laju kendaraan dan dapat menyebabkan kemacetan, terutama ketika kendaraan harus mengurangi kecepatan atau menghindari lubang dan kerusakan jalan lainnya.
Belum lagi, adanya berbagai aktivitas di sepanjang jalan seperti pasar tumpah juga turut menyebabkan kemacetan.
Hal ini membuat perjalanan menjadi lebih lambat dan menyulitkan para pemudik untuk mencapai tujuan mereka dengan cepat.
Secara keseluruhan, masalah ini merupakan akumulasi dari berbagai faktor, mulai dari pertumbuhan kota yang cepat dan tidak terkontrol, kurangnya integrasi antara moda transportasi publik, manajemen lalu lintas yang kurang efisien, kondisi jalan yang buruk, hingga adanya aktivitas di sepanjang jalan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan sinergi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dinas terkait, komunitas, dan masyarakat.
Dengan kerjasama yang baik, diharapkan kemacetan saat mudik dapat diminimalisir dan perjalanan mudik menjadi lebih lancar dan nyaman bagi semua pemudik.***