JAKARTA – Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo ikut jadi tim pemantau bersama sejumlah lembaga terkait pemilihan umum di Luar Negeri. Wahyu menyebut situasi pencoblosan di World Trade Centre (WTC) Kuala Lumpur, Malaysia, membeludak.
Wahyu Susilo sempat menyambangi TPS di Kuala Lumpur Malaysia ini untuk melakukan pencoblosan. Dia menyebut terjadi antrean panjang karena WNI yang datang belum menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT).
“Sebagian besar yang mengantre itu adalah pemilih non-DPT. Kalau memang mengacu pada aturan memang baru boleh satu jam sebelumnya, tapi kalau hanya mendapatkan alokasi waktu satu jam, tidak mungkin mereka semua terlayani dalam durasi waktu yang harusnya selesai jam 6 sore,” kata Wahyu dalam jumpa pers via zoom, Minggu (11/2/2024).
Wahyu menyebut petugas pemilihan kemudian memberikan toleransi waktu kepada pemilih yang belum terdaftar untuk registrasi. Mereka diperbolehkan untuk registrasi ketika datang ke lokasi.
“Sehingga kita apresiasi pada langkah-langkah kolaboratif yang dilakukan pihak penyelenggara ini memberi toleransi untuk memajukan pemilih-pemilih non-DPT itu juga langsung bisa langsung mencoblos atau meregistrasi di TPS,” tutur dia.
Wahyu Susilo menjelaskan soal pencoblosan di Kuala Lumpur (Foto: dok. Istimewa/jumpa pers virtual via zoom dengan Migrant Care)
Wahyu menyebut ada dua lantai WTC Malaysia yang digunakan untuk menjadi TPS. Lokasi pemilihan ada di lantai 3 dan 4.
“Jadi TPS 01-139 itu di lantai 4, kemudian TPS 139-223 itu ada di lantai 3, tapi sebelumnya alur dari para pemilih ini diarahkan ke meja registrasi. Meja registrasi itu pada awalnya direncanakan hanya ada 100 meja, tapi mengingat membeludaknya pada calon pemilih ini kemudian diputuskan ada 400 meja registrasi dan tadi juga ada keluhan akses internet sangat lelet,” tutur dia.
“Saya tadi juga waktu nyoblos biasanya dikasih barcode atau dikasih print out saya dikasih manual aja ditulis tangan kamu ke TPS 001, seperti itu,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Wahyu menyebut pemilih yang belum terdaftar ini sempat banyak yang tidak bisa masuk karena adanya penyaringan. Hal ini membuat antrean tambah panjang.
“Karena kemudian ada proses filtering itu ada gap yang luar biasa, jadi yang bisa masuk ke meja registrasi kemudian nyoblos itu jumlahnya sangat terbatas, sementara antrean itu overload,” sebut Wahyu.
Selain itu, Wahyu menyebut pengelola gedung juga menyalakan seluruh pendingin di lokasi pemilihan. Wahyu mendapatkan cerita itu langsung dari petugas gedung.
“Saya tadi ketemu juga dengan pengelola gedung ini, biasanya mereka hanya mengaktifkan AC central, sekarang ini tu mereka mengaktifkan semua, kalau tidak salah 8 AC central itu mereka aktifkan semua. Jadi ini memang memperlihatkan bahwa arus massa yang datang ke TPS ini saya kira memang luar biasa, dan memang harus ada crowd management,” sebut dia.
Lebih lanjut, Wahyu menyebut jumlah DPT di lokasi pemilihan di WTC ini lebih dari 200 ribu pemilih. Dia memperkirakan pemilih yang belum terdaftar atau non-DPT miliki jumlah yang sama dengan pemilih yang sudah terdaftar.
“Karena ini baru pertama kali dilakukan, baru pertama kali dilakukan di satu tempat dengan jumlah masa yang lebih dari… DPT-nya jumlah massa yang diperkirakan 200 ribu sekian, belum lagi pemilih tambahan atau pemilih yang non-DPT juga diperkirakan jumlahnya hampir seimbang. Ini memang problem yang ada di Pemilu luar negeri,” sebutnya.
“Nggak mungkin misalnya kalau kita pakai hukum atau UU Pemilu mengenai daftar pemilih tambahan atau daftar pemilih khusus itu hanya mencadangkan 2% dari sisa surat suara,” lanjutnya.
Wahyu mengaku juga sempat bertemu dengan Ketua KPU Hasyim Asy’ari dan Ketua Bawaslu Rahmat Bagja di lokasi. Mereka juga sempat berdiskusi mengenai situasi di lokasi.
“Perhatian mengenai pelaksanaan pungutan suara di World Trade Centre ini saya kira memang menjadi perhatian dari penyenggara pemilu karena tadi saya berjumpa dengan Bawaslu Pak Rahmat Bagja, juga berjumpa dengan 2 komisioner KPU, Pak Ketua Hasyim Asy’ari dan Pak Idham, kami juga berdiskusi dengan Pak Dubes, karena bagaimanapun juga kita tentu harus melihat kondisi ini dari mereka yang juga tahu lapangan, tahu kondisi sosiologis dari teman-teman pekerja migran,” jelasnya.
Dalam jumpa pers via zoom ini, sekitar pukul 16.29 WIB atau 17.29 waktu Malaysia, tim pemantau pemilu juga melaporkan secara langsung di WTC, Kuala Lumpur. Di lokasi tampak antrean panjang terjadi di gedung.(SW)
1 Komentar