Opini  

Indonesia dalam Rupiah Tetap Perkasa melawan Hegemoni Dolar

Direktur Eksekutif
Direktur Eksekutif data Center dan analisis Indonesia

kabarfaktual.com – Direktur Eksekutif data Center dan analisis Indonesia Nizar Fachry Adam.S.E.M.E., mengatakan Rupiah tetap Perkasa Melawan Dolar, trend Laju Reaksi mata Uang Dolar terhadap rupiah, sungguh menakjubkan. Dimana dolar di bulan September Great tertinggi sebesar Rp.15.744/dolar., dengan kenaikan 250 poin, dari bulan Juni,.

Dan bagaimana tidak setelah Ini , saya katakan kesuksesan perang moneter saat Indonesia bergabung sebagai negara Keanggotaan Brics , menunjukan stimulus positif., tidak tangung tangung 3 Minggu pergerakan Dolar hanya mampu naik di angka 7 poin, yakni Rp.15.751/ dolar, ini positif bagi kita, rupiah terus menguat dan Bertahan.,

Ada permintaan, yang cukup besar mata Uang Rupiah dari negara Keanggotaan Brics ., di mana Banyak Yang melepas dolarnya Untuk membeli mata uang Brics,

Sedangkan, Indonesia sebagai negara produsen , yang nota Bene nya merupakan negara penghasil Sumber daya Alam yang melimpah, dan sebagai negara yang memiliki cukup baik dalam pertumbuhan ekonomi dunia, menunjukan peran nya dalam menyerap Investasi dalam jumlah besar.,

Sehingga , untuk melakukan itu Brics dalam keanggotaan melakukan ekskalasi investasi ke negara Indonesia, Malaysia dan India , kebutuhan akan Permintaan mata uang rupiah melalui brics cukup besar.,

Baca Juga:   Pengamat: Prabowo Harus Akhiri Bansos Warisan Jokowi

Segmen pasar mata Uang, ataupun spekulan moneter bergerak untuk menanamkan sahamnya di sejumlah proyek pembiayaan pemerintah dalam negeri, hal ini menunjukan peran positif bagi rupiah dalam menekan laju mata uang dolar.,

Tidak hanya itu, harga minyak mentah mengalami penurunan, harga dengan skema brics, dimana Indonesia dapat melakukan pembelian minyak mentah dengan harga yang murah., untuk terus bisa menekan Pengeluaran pemerintah, melalui pembelian minyak mentah.

Positif , prediksi dalam perjalanan ekonomi Indonesia di tahun 2025 dapat tumbuh di angka , 5,7 persen. **(NFA)