Tutuka menyebutkan ada dua hal yang menjadi penyebab WK Migas terminasi, yaitu pertama terminasi otomatis, dimana batas waktu eksplorasi sudah melewati dari yang disepakati. Dan yang kedua adalah terminasi sukarela, karena dalam industri migas selalu ada ketidakpastian.

“Walaupun sudah dilakukan kajian studi geologi reservoir, geofisik, selalu ada ketidakpastian yang menyebabkan potensi sumber daya yang akan dijadikan cadangan itu dikatakan saat kecil atau bahkan tidak ada, atau mungkin tidak ekonomis sehingga kontraktor tersebut tidak melanjutkan,” bebernya.

Lebih lanjut, Tutuka berharap dari WK Migas terminasi yang akan dilelang kembali akan memberikan dampak besar terhadap tambahan produksi minyak Indonesia ke depan. Ia mencontohkan Blok migas Andaman 3 yang dikembalikan oleh Repsol, perlu kajian lebih lanjut dan tambahan data dari tim sub surface, sehingga dalam beberapa tahun ke depan bisa dibuktikan untuk meningkatkan produksi minyak nasional.

Hingga akhir tahun ini, Tutuka menargetkan akan membuka lelang tiga WK Migas Terminasi, dan dilanjutkan penawaran WK Migas terminasi beberapa lainnya di awal tahun 2024.