JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) Vol 9. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi pada musim rendeng 2023/2024.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, PSPP ini sejalan dengan arahan Plt Menteri Pertanian (Mentan), Arief Prasetyo Adi, untuk men-skill up (meningkatkan) kemampuan para petani dan penyuluh.
“Kementan saat ini seperti yang berkali-kali disampaikan oleh Bapak Mentan bahwa musim tanah pertama ini kudu sukses meningkatkan produktivitas dan produktif padi,” kata Dedi pada konferensi pers persiapan PSPP Vol. 9 Tahun 2023, dengan tema “Peningkatan Produktivitas Padi Musim Rendeng Tahun 2023/2024” Kamis (19/10).
Pria yang akrab disapa Prof Dedi itu berharap melalui PSPP para petani para penyuluh lebih siap melaksanakan program Kementan dengan baik, sehingga produktivitas dan produksi padi di bulan Februari di bulan Maret meningkat.
Terlebih kata dia berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) akan ada kemunduran musim hujan antara satu hingga tiga dasarian. ” Artinya bakal ada kemunduran jadwal tanam sepuluh hingga 30 hari di beberapa wilayah Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan, ketersediaan pangan dalam jumlah cukup dan harga terjangkau di Indonesia, bahkan di dunia, merupakan isu yang penting.
“Berbagai pihak mengemukakan apabila usaha-usaha dalam rangka pencegahan adanya kekurangan pangan tidak dilakukan, maka suatu negara seperti Indonesia bahkan dunia akan mengalami krisis pangan,” tuturnya.
Dedi menambahkan, beberapa indikasi penyebab kekurangan pangan sudah terlihat dari faktor makro dan mikro. Seperti laju pertumbuhan penduduk, iklim ekstrim, krisis politik, krisis ekonomi dan keamanan, serta akses pangan. Selain itu, pangan yang tersedia dan laju pertumbuhan lahan pangan semakin mengecil.
“Hal lain adalah harga pangan dari waktu ke waktu akan mengalami kecenderungan naik dan krisis pangan di Indonesia bukan karena stok terbatas akan tetapi lebih karena keterbatasan akses ke pangan,” katanya.
Dia menjelaskan, strategi ketahanan pangan nasional hendaknya tidak hanya diarahkan untuk mencapai kecukupan akan pangan.
“Tetapi juga lebih diarahkan untuk mencapai kemandirian dan kedaulatan pangan (swasembada pangan) serta peningkatan daya saing produk-produk pangan nasional,” jelasnya.
Dedi juga menambahkan, kinerja subsektor budidaya sangat penting untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor dan bahkan meningkatkan ekspor.
“Upaya ini dapat diwujudkan dengan peningkatan efisiensi melalui penerapan smart farming dan integrated farming ataupun ekstensifikasi, melalui program food estate dan urban farming serta program lain dari Kementerian Pertanian,” katanya.
Dia mengatakan, upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi diarahkan pada pemenuhan sarana produksi yang lengkap untuk mendukung pelaksanaan Good Agricultural Practices (GAP) mulai dari pengolahan lahan, pemilihan benih berkualitas, pemupukan, pengelolaan OPT Terpadu sampai pada panen dan pasca panen, memerlukan kualitas dan kuantitas SDM pertanian yang memadai sebagai pelaku utama dan pelaku pendukung.
“Hal ini menuntut peningkatan kinerja penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan pertanian sebagai fungsi peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pertanian melalui pendampingan efektif kepada pelaku usaha tani di lapangan” urainya.
Sebagai informasi, PSPP Volume 9 Tahun 2023 dilaksanakan selama tiga hari, tanggal 24 – 26 Oktober 2023, baik secara tatap muka di Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP) Ciawi dan secara online serentak di UPT Pelatihan Pertanian dan lokasi lainnya.
Hadir sebagai narasumber antara lain Badan Pangan Nasional; Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian; Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian; Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; BBPSIP Sukamandi; PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO); Praktisi; dan Widyaiswara.
Peserta pelatihan ditargetkan sebanyak 1.000.000 orang yang terdiri dari petani, penyuluh, dan insan pertanian lainnya di seluruh Indonesia. Di antaranya sebanyak 60 orang akan mengikuti secara tatap muka BBPMKP Ciawi.