Menurutnya, nilai-nilai tersebut harus berlaku untuk setiap anggota masyarakat, termasuk kelompok LGBTQI+.
“Demokrasi yang maju menolak kebencian, intoleransi, dan kekerasan terhadap kelompok mana pun, dan mendorong dialog yang mencerminkan keragaman luas di masyarakat mereka,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sung Kim mengatakan bahwa dialog serta rasa saling menghormati satu sama lain penting diteruskan untuk menekan kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok LGBTQI+.
“Negara-negara seperti Indonesia dan AS dapat saling belajar mengenai cara melawan kebencian dan memastikan masyarakat yang lebih sejahtera dan inklusif untuk semuanya,” katanya.
Masyarakat Indonesia sendiri tidak membenci LGBT secara pribadi. Masyarakat Indonesia bahkan sangat menghargai secara individu LGBT. Karenanya masyarakat akan membantu seorang LGBT agar menjadi normal kembali dengan pendampingan. Karena pada dasarnya LGBT adalah penyakit prilaku. Mereka butuh pertolongan untuk bisa kembali normal. Hanya saja banyaknya kampanye LGBT membuat orang persepsinya bergeser. LGBT dianggap sebagai hak azazi bukan penyakit.
Tinggalkan Balasan