“Nah, saya orang diminta Luhut untuk bicara ke Presiden Jokowi supaya dia biar masuk ke kabinet,” imbuhnya.
Perbedaan pendapat kedua, katanya, adalah ketika Jokowi ingin mengganti Jaksa Agung yang saat itu dijabat oleh HM Prasetyo. Panda mengungkap saat itu Surya Paloh mengatakan akan menarik dukungan jika Jokowi mengganti HM Prasetyo.
“Kemudian juga waktu Presiden Jokowi mau mengganti Jaksa Agung Prasetyo, Surya Paloh tidak setuju, bahkan Surya Paloh mengatakan ke saya ‘Kalau Jaksa Agung dicopot, NasDem akan menarik dukungannya’. Aku cek itu ke Jokowi ‘betul nggak tuh Surya Paloh mengatakan?’. ‘Betul’ kata presiden, tapi kemudian presiden mengalah, tidak dilakukan itu, itu catatan, jadi jangan diklaim tidak ada perbedaan,” kata Panda.
Sebelumnya, Ketua DPP NasDem Effendi Choirie bicara mengenai selera Presiden Jokowi mengenai sosok Capres 2024. NasDem mengatakan Jokowi cenderung menginginkan Ganjar Pranowo sebagai capres.
“Presiden Jokowi sebagai presiden yang mau berakhir jabatannya dua tahun ke depan, kalau di ada pikiran ingin suksesnya smooth dan dia punya subjektif itu juga kita maklumi, subjektif dia dalam konteks pemilihan presiden dia ingin kira-kira Ganjar, itu juga kita maklumi,” ujar Effendi.
2 Komentar