Sejak akhir tahun 1960an, dunia mulai menggunakan waktu universal terkoordinasi (UTC) untuk menetapkan zona waktu. UTC mengandalkan jam atom namun tetap mengimbangi rotasi planet.
Namun karena kecepatan rotasinya tidak konstan, kedua skala waktu tersebut perlahan-lahan menyimpang. Ini berarti, ‘detik kabisat’ harus ditambahkan sesekali agar keduanya kembali sejajar.
Perubahan rotasi Bumi dalam jangka panjang didominasi oleh gesekan pasang surut di dasar laut sehingga memperlambat rotasinya. Baru-baru ini, dampak mencairnya es di kutub, yang disebabkan oleh manusia yang membakar bahan bakar fosil yang memanaskan Bumi, telah menjadi faktor yang signifikan.
“Saat es mencair ke lautan, air lelehan bergerak dari kutub menuju ekuator, yang selanjutnya memperlambat kecepatan rotasi Bumi,” kata Agnew.
Ted Scambos, ahli glasiologi di University of Colorado Boulder yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menggambarkan proses tersebut seperti seorang skater yang berputar dengan tangan di atas kepala. Saat mereka menurunkan lengan ke arah bahu, putaran mereka melambat.
2 Komentar