GOWA – Situasi global saat ini sedang tidak baik-baik saja, tidak kurang dari 900 juta penduduk dunia mengalami krisis pangan. Meroketnya harga pangan terutama bahan pokok seperti beras menjadi cirinya.
Climate change, salah satu penyebab utama krisis pangan. Fenomena El Nino yang terjadi secara berkepanjangan belakangan ini membuat produksi pangan terutama beras menurun drastis termasuk di Indonesia, menyebabkan harga melonjak tinggi.
Saat ini, Kementerian Pertanian tengah gencar memanfaatkan dan mengembangkan lahan rawa sebagai alternatif peningkatan produksi padi, Pompanisasi pada lahan sawah tadah hujan juga giat dilakukan untuk meningkatkan indeks pertanaman.
“Salah satu program untuk mencapai swasembada pangan dapat dilakukan melalui optimalisasi lahan rawa dalam peningkatan produksi pangan. Tentunya program ini perlu melibatkan dukungan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, penyuluh, dan petani muda,” Kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyampaikan bahwa melalui optimalisasi lahan rawa dan pompanisasi akan berdampak pada perluasan areal tanam, yang berarti juga akan memperluas areal panen.
“Jika kita lakukan dengan meningkatkan luasan areal tanam, itu berarti luas panen juga akan meningkat maka produksi juga akan meningkat. Inilah yang saat ini kita gerakkan, di seluruh pelosok tanah air. Kita memperluas areal tanam dan meningkatkan indeks pertanaman (IP) yang sebelumnya hanya satu kali tanam menjadi 2 kali, yang 2 kali menjadi tiga kali,” Jelas Dedi.
Perluasan areal tanam, Lanjut Dedi dapat dilakukan dengan optimasi lahan rawa melalui perbaikan saluran air, kemudian peningkatan indeks pertanaman yang kedua dapat dilakukan dengan pompanisasi sawah tadah hujan, sehingga IP yang sebelumnya hanya satu kali menjadi dua kali. Selanjutnya, dengan melakukan pertanaman tumpang sari /intercropping pada lahan perkebunan.
“Jika pada tahun 2024 ini ada potensi perluasan areal tanam 2 juta hektar, berarti ada potensi areal panen sebesar 2 juta hektar. Jika produktivitasnya 4 ton per hektar maka ada potensi 8 juta ton gabah kering giling tambahan produksi yang sama dengan 4 juta ton beras. sementara kita kekurangan beras 3,5 juta ton maka kita bisa swasembada,” Pungkasnya.
Namun, untuk mencapai itu semua dibutuhkan peran aktif dari semua kalangan utamanya para petani millenial. Seperti yang disampaikan Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa dalam Millenial Agricultural Forum (MAF) Volume 5 edisi 15 yang mengangkat tema Mewujudkan swasembada pangan melalui pompanisasi, secara daring Sabtu (4/5/2024) siang.
“MAF hari ini mengambil tema swasembada pangan melalui program pompanisasi. Tema ini diambil sejalan dengan program nasional yang tengah digenjot oleh Menteri Pertanian. Sehingga semoga melalui kegiatan hari ini lebih mendorong pompanisasi untuk peningkatan produksi padi dan tentunya kedepan kita bisa swasembada. Utamanya milenial sehingga para milenial dapat berperan aktif dan memberikan kontribusi yang nyata terutama dalam mendukung keberhasilan program menteri pertanian untuk mencapai swasembada beras,” Jelas Detia.
Millenial Agricultural Forum tersebut juga dihadiri oleh Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi yang lebih dahulu memberikan opening speech, dan menghadirkan Tenaga Ahli Menteri Pertanian Abd. Haris Bahrun, Direktur Alat dan Mesin Pertanian Fausiah T. Ladja, dan Pendiri P4S Pallantikang sebagai narasumber dalam forum tersebut.