Demikian pula dengan impor. Ia mengatakan, khususnya pada industri perakitan otomotif, elektronik, serta proyek konstruksi yang banyak menggunakan bahan baku dari negeri tirai bambu itu.

“Harga di dalam negeri akan lebih meningkat, sementara dari sisi konsumen tentu belum siap maka yang terjadi adalah penurunan penjualan. Opsi kedua, pelaku usaha masih menahan harga tapi kualitas barangnya akan diturunkan,” katanya.

Oleh karena itu, kenaikan suku bunga kemungkinan terjadi kembali. Begitu pula dengan pelemahan nilai tukar rupiah akibat imported inflation atau inflasi yang didorong naiknya biaya impor. Menurut Bhima, RI seolah merasakan gejala resesi ekonomi dari negara-negara mitra dagang utamanya.

“Sudah mulai terasa satu minggu terakhir terjadi fluktuasi nilai tukar Rupiah yang cukup signifikan. kemudian selain itu juga terjadi kenaikan suku bunga yang cukup agresif yang dilakukan oleh bank sentral. Makanya sudah mulai terasa dari inflasi. Data terakhir kan hampir mencapai 6%, merupakan angka tertinggi sejak 2014,” katanya.