Ia mengaku hingga saat ini belum merasakan imbas ditutupnya TikTok Shop. Menurutnya kondisi ini terjadi karena adanya penurunan daya beli masyarakat, bukan semata-mata karena kalah saing dengan TikTok Shop.
“Sebetulnya (kondisi pasar) masih sama aja. Nggak terlalu signifikan, soalnya menurut saya sih daya beli yang turun. Sebab bukan di sini aja, saya lihat di daerah juga sama (masih sepi pembeli),” kata Hermawan.
Hermawan menjelaskan Pasar Tanah Abang merupakan pasar grosir. Artinya sebagian besar pengunjung merupakan para pedagang yang membeli produk dalam jumlah banyak untuk dijual lagi.
Saat toko-toko milik para pedagang ini sepi pembeli karena adanya penurunan daya beli, barulah para pedagang di Pasar Tanah Abang baru merasakan dampaknya.
“Kalau di sini kan orang kebanyakan beli kan partai besar ya, waktu toko-toko nggak beli baru berasa. Orang lain mungkin setahun yang lalu (sepi pembeli). Kayanya seperti itu daya belinya. Sebab bukan di sini aja, di daerah sama,” jelasnya.
Karenanya Hermawan mengaku omzet penjualannya masih loyo dibandingkan tahun lalu. Menurutnya penjualan baju koko miliknya masih mengalami penurunan hingga 50%. “Kalau dihitung sih dengan tahun lalu kan 50% drop-nya. Sehari-hari ya kalau dulu hari biasa aja di atas Rp 5 juta. Sekarang dapat Rp 4 juta aja sudah luar biasa,” ungkap Hermawan.(SW)
Tinggalkan Balasan