JAKARTA – Kegiatan Food Estate dilaksanakan dalam rangka pengembangan sentra produksi pangan skala luas untuk penguatan sistem pangan nasional.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan gerakan tanam padi di kawasan Food Estate guna memperkuat produksi beras nasional dalam menghadapi tantangan krisis global.
Hal ini menjadi salah satu langkah nyata pemerintah dalam pemanfaatan lahan rawa untuk pengembangan sektor pertanian guna mencukupi ketersedian pangan.
“Saat ini kita bersama pemerintah daerah dan danrem mengerjakan kawasan luas ini, tapi nanti rakyat yang akan kelola ini dengan kelembagaan yang ada dan berproses sesuai ekosistem pertanian dan pangan. Dan besok orang Kalimantan harus katakan dari Kalimantanlah Indonesia kokoh pangannya dan itu yang akan kita capai di Kalimantan,” tutur Mentan Syahrul.
Dia menambahkan pengembangan lahan rawa sebagai lahan pangan masa kini dan masa depan dinilai sangat strategis dan prospektif dalam mendukung ketahanan pangan. Ini mengingat pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat disatu sisi lahan pertanian banyak yang beralih fungsi.
Senada hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan program Food Estate memiliki potensi sangat besar dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
“Posisi SDM menjadi vital karena 50 persen menjadi kunci keberhasilan pertanian. Melalui berbagai program pelatihan yang diberikan, diharapkan ada beragam inovasi untuk mendukung kesuksesan food estate,” jelas Dedi.
Hal ini selaras dengan agenda tema kegiatan Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) volume 45 “Food Estate, Solusi Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional”, Jumat (02/12) di adakan di AOR BPPSDMP, Kantor Pusat Kementan.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Bustanul Arifin Caya mengatakan bahwa pengembangan Food Estate diharapkan akan meningkatkan kapasitas produktivitas pertanian.
“Penggelolaan lahan rawa, baik yang di Kapuas atau Pulang Pisau hingga terbangunnya korporasi petani mendukung program peningkatan kapasitas produksi pertanian kita,” jelas Bustanul.
Narasumber MSPP, Dede Sulaeman, Koordinator Perlindungan Lahan, Ditjen PSP mengatakan pengembangan Food Estate memperhatikan kondisi agroekosistem, dan sosial budaya masyarakat setempat untuk ditingkatkan menjadi sistem pertanian terpadu hulu-hilir bernilai tambah bagi petani.
“Keragaman budidaya dan hilirisasi komoditas tanaman pangan, peternakan, hortikultura dan perkebunan sebagai upaya mengoptimalkan potensi sumber daya dan kelembagaan usaha petani,” jelas Dede.
Lebih lanjut Dede mengatakan, kendala lahan pertanian rawa lebak dan rawa pasang surut selama ini cenderung memiliki indeks pertanaman yang rendah, terbatas hanya sekali tanam dan belum termanfaatkan secara optimal (bergantung iklim), sehingga belum mampu menunjukkan dukungan terhadap ketahanan pangan nasional.
“Diharapkan pengembangan Food Estate berupaya memperkuat dan mendorong transformasi kelembagaan petani menjadi kelembagaan ekonomi petani menuju terbentuknya korporasi petani, dan dengan Food Estat kesejahteraan petani jadi inti tujuan utama kegiatan ini,” imbuh Dede.