kabarfaktual.com – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) tetap akan melanjutkan impor beras meskipun masa panen raya dari Maret hingga Mei 2024 sedang berlangsung. Namun, keputusan ini diambil dengan hati-hati, dengan memperhatikan stok terutama di daerah sentra produksi.
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menjelaskan bahwa mereka terus berkomunikasi dengan pemasok dan akan mengelola proses impor beras ke daerah-daerah yang sulit terjangkau.
“Kami memperhatikan daerah-daerah yang bukan sentra produksi dan pelabuhan-pelabuhan yang jauh dari sentra produksi, itulah yang menjadi fokus kami,” kata Bayu di Jakarta.
Namun, untuk daerah sentra produksi, Bulog akan memantau dampak harga beras akibat impor. Jika harga beras di daerah tersebut mengalami penurunan, impor akan dihentikan sementara.
Bayu menegaskan pentingnya memiliki stok yang cukup, terutama jika hasil panen pada semester kedua 2024 tidak sesuai dengan harapan.
“Mengingat pemerintah mungkin ingin melanjutkan program bantuan pangan, Bulog harus memastikan stoknya mencukupi,” tambahnya.
Bayu juga menyoroti bahwa meskipun kontrak impor bisa saja sudah terbentuk, waktu kedatangan impor akan disesuaikan dengan kondisi panen.
“Saat ini, stok impor beras sudah sekitar 1,2 hingga 1,3 juta ton dari kuota 3,6 juta ton untuk 2024,” ungkapnya.
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog, Mokhamad Suyamto, menambahkan bahwa meskipun telah masuk masa panen raya, harga beras hanya mengalami penurunan kecil sekitar Rp100 hingga Rp200.
“Ia merinci bahwa harga gabah kering panen (GKP) berkisar antara Rp7.000 hingga Rp7.200, sedangkan harga beras di penggilingan sekitar Rp12.800 sampai Rp13 ribu.
“Sekarang pasokan beras ke ritel modern hingga pasar tradisional sudah mulai bertambah. Semoga harga beras semakin terkendali,” tutupnya.