“Kalau teman-teman berpikir pindah ke luar negeri, saya malah meragukan nasionalisme mereka. Kita memperebutkan kemerdekaan ini lewat perjuangan. Orang tua kita, kakek-nenek kita, turunan kita, dalam merebut kemerdekaan ini banyak yang diperkosa, banyak dibunuh, banyak disuruh kerja rodi,” terangnya.

Menurutnya, perjuangan tersebut adalah demi membuat anak cucu mereka hidup lebih baik. Meski mempertanyakan nasionalisme, Bahlil tetap menghargai keputusan mereka. Ia berharap WNI yang pindah kewarganegaraan bisa sadar.

Bahlil menyebut upaya memperbaiki negara ini adalah tanggung jawab semua orang. Ia pun mengaku sedih atas fenomena perpindahan kewarganegaraan ini.

“Saya sebagai anak dari pelosok ujung timur Indonesia sedih aja melihat begitu. Jangan hanya kita mau senang sendiri terus meninggalkan negara,” tegasnya.

Sebelumnya, direktur Jenderal Imigrasi Kemenkumham Silmy Karim buka-bukaan terkait data warga negara Indonesia (WNI) yang pindah jadi warga negara Singapura. Rata-rata mereka yang pindah berusia produktif yakni 25-35 tahun.