Terus Perkuat Kolaborasi, Kementan Tingkatkan Komoditas Ekspor

komoditas ekspor
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi saat menghadiri acara Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 08, Selasa (21/02) di AOR Direktur Jenderal Perkebunan. (Sumber: Humas Kementan)

JAKARTA – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong percepatan pelaksanaan perkebunan 2023 dalam menghadapi ancaman krisis pangan global.

Menurut Mentan SYL, turbulensi yang sedang terjadi di dunia saat ini akibat pandemi COVID-19, perubahan iklim dan perang geopolitik yang membuat ancaman krisis pangan global mencuat dapat dimanfaatkan menjadi peluang bagi sektor pertanian Indonesia, khususnya perkebunan untuk dapat meningkatkan komoditas pertanian dengan nilai tinggi.

Itulah tantangan yang harus dihadapi tapi negara lain pasti butuh kopinya, butuh cokelatnya yang harganya naik. Mereka juga butuh karet. Jadi tidak semua turbulensi, tapi Kementan dibawah Direktorat Jenderal Perkebunan atau Ditjenbun akan berselancar indah di atas gelombang”, ujar Mentan SYL.

Selanjutnya Mentan SYL berharap Ditjenbun dapat meningkatkan proses hilirisasi untuk meningkatkan nilai komoditas pertanian Indonesia sesuai dengan arahan Wakil Presiden Ma’ruf Amin untuk mengembangkan hulu-hilir pangan lokal.

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa komoditas perkebunan merupakan komoditas yang mengharumkan nama bangsa karena merupakan komoditas ekspor.

Baca Juga:   Menjelang PENAS Petani Nelayan XVI 2023, Kementan Maksimalkan Persiapan

“Komoditas perkebunan harus memenuhi skala ekonomi, luasan tanah perkebunan, kita harus bersaing dengan negara tetangga”, ujar Dedi Nursyamsi.

Lebih lanjut Dedi Nursyamsi mengatakan pembangunan pertanian di mulai dari benih dan bibit yang unggul dan juga bibit berkualitas.

Sementara itu dalam acara Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 08, Selasa (21/02) di AOR Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alamsyah mengatakan era perkebunan Indonesia dengan menggunakan teknologi dengan ciri penggunaan varietas unggul, efisien, efektif, integratif zero waste, eco friendly,GAP, GHP, kompetitif mekanisasi dan pemanfaatan IoT.

“Sedangkan Gerakan Peningkatan Produksi Nilai Tambah dan Daya Saing Perkebunan (Grasida) diantaranya melalui  Pengembangan Komoditas Berbasis Kawasan, Kawasan Tanaman Tahunan dan Penyegar, Kawasan Tanaman Semusim dan Rempah. Selain itu ada juga Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Pengendalian OPT serta Peningkatan Mutu dan Pengembangan Produk Perkebunan”, ujar Andi Nur Alamsyah.

Andi menambahkan bahwa peningkatan produksi dalam skema jangka panjang dilakukan dengan pengadaan logistik benih dan pengembangan kawasan melalui perluasan area, peremajaan, dan rehabilitasi. Sedangkan untuk jangka pendek dilakukan dengan pengembangan wilayah melalui intensifikasi dan peningkatkan produksi dilakukan dengan mengoptimalkan agroinput untuk optimalisasi lahan perkebunan.

Baca Juga:   Kementan Dorong Konstratani Wujudkan Satu Data Pertanian Indonesia

Kami akan membuat pondasi kuat untuk era baru perkebunan lebih berdikari, berdaulat harus bersama-sama memberi kontribusi besar pada negara melalui komoditas perkebunan yang di ekspor”, pungkasnya. (HV/NF)