kabarfaktual.com -Hamas, organisasi yang berbasis di Jalur Gaza, telah secara resmi menyatakan penerimaannya terhadap proposal gencatan senjata yang diajukan oleh mediator Mesir dan Qatar. Pernyataan ini disambut oleh masyarakat Palestina yang turun ke jalan, merayakan pengumuman tersebut dengan teriakan “Allahu Akbar”.
Seorang pejabat senior Hamas mengungkapkan kepada AFP bahwa keputusan sekarang berada di tangan Israel, menantikan respons mereka terhadap proposal yang telah disetujui oleh Hamas. Sementara itu, Israel menyatakan bahwa proposal yang disetujui oleh Hamas tidak memenuhi persyaratan yang telah disepakati oleh Israel.
Menurut kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, proposal tersebut “jauh dari tuntutan penting Israel”. Namun, pemerintah Israel tetap akan mengirim perunding untuk berdiskusi mengenai kesepakatan tersebut.
Khalil al-Hayya, anggota Hamas, menjelaskan bahwa proposal gencatan senjata yang disetujui mencakup tiga fase, dengan tujuan akhir adalah mencapai gencatan senjata permanen. Detail dari setiap fase adalah sebagai berikut:
Fase Pertama: Jeda perang dimulai dengan penarikan pasukan Israel dari area padat penduduk di Gaza. Selain itu, pesawat dan drone Israel akan menghentikan aktivitasnya di langit Gaza selama beberapa jam setiap hari. Dalam fase ini, Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel.
Fase Kedua: Operasi militer akan dihentikan secara permanen dengan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Semua sandera laki-laki Israel yang ditahan oleh Hamas akan dibebaskan selama fase ini.
Fase Ketiga: Semua tahanan yang tersisa akan dibebaskan. Tahap ini juga mencakup rekonstruksi Gaza yang akan berlangsung selama tiga hingga lima tahun, dan penghapusan blokade Israel terhadap Gaza secara penuh.
Reaksi Israel terhadap proposal ini tetap konservatif, dengan pemerintah Israel menyatakan tidak akan menerima kesepakatan soal gencatan senjata secara permanen. Menurut Times of Israel, negara ini bersikeras akan melanjutkan kehadiran militernya di Gaza dan bertekad untuk menghancurkan Hamas.
Selama lebih dari tujuh bulan agresi di Gaza sejak Oktober 2023, lebih dari 34 ribu warga sipil Palestina telah tewas, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.