Jakarta, kabarfaktual.com – Krisis Kemanusiaan. Dalam konferensi pers yang diadakan di Nairobi pada Jumat (10/5), Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyuarakan keprihatinan mendalam mengenai Krisis Kemanusiaan situasi di Rafah, Jalur Gaza, menyusul serangan intensif Israel di kawasan tersebut. Guterres menggambarkan kondisi di Rafah sebagai “berada di ujung tanduk,” dengan serangan udara yang berkelanjutan mengancam keselamatan lebih dari satu juta warga Palestina, termasuk anak-anak.
Menurut Guterres, Krisis Kemanusiaan ini terpusat di kantor-kantor pemerintah Rafah, di mana setengah dari pengungsi adalah anak-anak yang mencari perlindungan. Operasi militer Israel yang sedang berlangsung, termasuk serangan darat di wilayah tersebut, diperkirakan akan memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah sangat genting.
Guterres menyoroti bahwa semua fasilitas medis utama di Rafah segera tidak akan dapat diakses atau dioperasikan, termasuk satu-satunya departemen dialisis yang masih berfungsi di Gaza. Ia juga mengungkapkan bahwa sekitar 100.000 warga Palestina telah terpaksa mengungsi ke utara, namun badan-badan kemanusiaan menghadapi kekurangan tenda dan persediaan makanan di wilayah Gaza selatan.
Menanggapi kekerasan yang meningkat, Guterres mengingatkan tentang kewajiban hukum humaniter internasional yang menjamin keselamatan warga sipil dan mendesak komunitas internasional untuk meningkatkan usahanya mengadvokasi gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza. Dia juga menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat semua warga Israel yang ditahan di wilayah tersebut serta peningkatan bantuan kemanusiaan yang signifikan untuk menyelamatkan jiwa.
Situasi yang tegang di Gaza tidak hanya mempengaruhi Rafah tetapi juga Krisis Kemanusiaan meningkatkan kekerasan di Tepi Barat yang diduduki, dengan peningkatan kekerasan oleh pemukim, penggunaan kekuatan berlebihan oleh Pasukan Pertahanan Israel, serta pembongkaran dan penggusuran.
Sementara dunia fokus pada berbagai konflik global lainnya, Guterres menegaskan pentingnya tidak mengabaikan nasib warga Palestina dan Israel serta keseluruhan kawasan Timur Tengah, yang semakin tidak menentu.