Sah, Gas Air Mata Penyebab Korban Jiwa Tragedi Kanjuruhan

JAKARTA – Gas air mata menjadi penyebab lebih dari seratus korban jiwa tragedi Kanjuruhan. Hal ini hasil dari penyelidikan tim independen Komnas HAM dan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).

Dengan dikeluarkannya hasil penyelidikan ini diharapkan tidak ada lagi asumsi-asumsi lain yang mengaburkan fakta. Karena menurut Komnas HAM penyelidikan ini independen tanpa ada intervensi pihak mana pun.

Komnas HAM menyatakan setidaknya ada 45 tembakan gas air mata yang dilontarkan polisi saat terjadi tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang. Selain jumlah tembakan yang banyak, Komnas HAM menyoroti soal dampak gas air mata pada kondisi korban.

“Penggunaan gas air mata secara eksesif, secara berlebihan. Dalam Tragedi Kanjuruhan, penggunaan gas air mata terjadi secara eksesif,” kata komisioner Komnas HAM M Choirul Anam dalam jumpa pers di kantornya, Rabu (2/11/2022).

Komnas HAM menyatakan, pada kesempatan pertama, ada 11 kali gas air mata ditembakkan dalam waktu sekitar 9 detik. Komnas HAM menyampaikan hal ini setelah menganalisis 233 video yang direkam di Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga:   Kereta Cepat Jakarta - Bandung Mulai Beroperasi

Kemudian tembakan gas air mata diarahkan juga ke tribun utara sebanyak 10 kali. Sehingga pada bagian pertama, terjadi 21 kali tembakan gas air mata.

“Pada video terlihat 15 tembakan, 6 lainnya terdengar berupa dentuman,” katanya.

Dia mengatakan aparat sudah menguasai situasi pada kesempatan pertama tersebut. Namun terjadi lagi rentetan tembakan gas air mata sebanyak 24 kali pada pukul 22.11 hingga pukul 22.15 WIB.

“Berdasarkan temuan, total gas air mata yang ditembakkan dalam stadion ini sebanyak 45 kali. 27 tembakan terlihat dalam video dan 18 tembakan terdengar,” katanya.

Dia mengatakan karakter amunisi tembakan gas air mata yang dilakukan aparat berbeda-beda. Ada tembakan yang satuan dan ada karakter amunisi yang dapat pecah setelah ditembakkan.

Anam mengatakan pihaknya berasumsi ada 135 amunisi gas air mata yang ditembakkan. Namun belum ada fakta kuat yang mendukung asumsi tersebut.

Dia mengatakan gas air mata sebagai pemicu jatuhnya korban jiwa. Dia mengatakan tembakan gas air mata ini menyebabkan jatuhnya korban jiwa maupun luka secara langsung dan tidak langsung.

Baca Juga:   Sah, Pemerintah Resmikan Tiga Provinsi Baru di Papua

“Ini memang standing kami sejak awal. Gas air mata itu pemicu utama jatuhnya korban meninggal, luka-luka, maupun trauma,” kata dia.(SW)