JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus memaksimalkan peningkatkan kapasitas sdm pertanian. Apalagi saat ini ancaman El Nino serta krisis pangan global yang semakin terlihat, membuat Kementan mengajak para penyuluh untuk mempersiapkan diri dan melakukan langkah adaptasi dan mitigasi.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan penyuluh adalah garda terdepan yang akan mengawal pembangunan pertanian.
“Peran penyuluh sangat penting. Terutama untuk memastikan pangan selalu tersedia meski ada ancaman El Nino dan krisis pangan global”, ujar Mentan Syahrul.
Mentan Syahrul juga meminta agar penyuluh untuk selalu mengupgrade kemampuan dan pengetahuan.
“Jadilah penyuluh yang hebat dan luar biasa agar bisa membantu menjaga pangan dari ancaman El Nino dan krisis pangan global”, tegasnya lagi.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi berpesan agar penyuluh harus dan mampu menyiapkan diri. Penyuluh agar mepersiapkan diri untuk menghadapi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global dan bersinergi untuk menjalankan program antisipasi El Nino dan krisis pangan global.
Karena tujuan dari pembangunan pertanian adalah meyediakan pangan bagi 273 juta rakyat Indonesia dan meningkatkan ekspor, ujar Kabadan Dedi. Tujuan itu dapat diraih dengan peningkatan produksi, efisiensi juga harus ditingkatkan. Tingkatkan juga konsumsi pangan dan buah lokal”, katanya.
Ia melanjutkan, faktor yang dapat meningkatkan produksi dan menurunkan biaya produksi dan efisiensi antara lain penerapan teknologi pertanian, perundang-undangan, dan yang paling utama adalah meningkatkan kapasitas SDM.
Faktor kunci utama SDM pertanian adalah petani dan penyuluh. Sedangkan tantangan pertanian saat ini adalah dampak pasca pandemi, perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global, tegasnya lagi.
Hal ini diperkuat oleh Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Kapusluhtan), Bustanul Arifin Caya pada acara Seminar Sehari Penyuluh Pertanian di Kabupaten Bandung Barat, Jum’at (11/08/2023) yang mengatakan bahwa penyuluh harus mampu beradaptasi dan memitigasi perubahan yang terjadi, termasuk dengan adanya El Nino.
Bustanul menambahkan jika di era digitalisasi ini para penyuluh harus mampu mengakses informasi yang tepat dan membridging informasi inovasi tersebut kepada para petani agar mampu membantu menyelesaikan permasalahan usaha taninya.
“Penyuluh harus memiliki motivasi yang tinggi dan berkelanjutan karena Pertanian berkelanjutan didorong oleh adanya motivasi yang berkelanjutan, pendidikan dan pelatihan serta sarana parasarana. Selain itu, kita harus mampu membuat loncatan-loncatan ditengah keterbatasan kita, ujar Bustanul.
Bustanul menjelaskan kembali jika intervensi pemerintah pusat dalam penyuluhan pertanian diantaranya meliputi fisik, non fisik dan regulasi. Intervensi tersebut dalam bentuk Biaya Operasional Penyuluh, bantuan pulsa, pendidikan, pelatihan, penyusunan NSPK, jelasnya lagi.
Sedangkan menurut Anggota Komisi III DPR RI, Cucun mengatakan bahwa problematika pertanian saat ini rata-rata usia petani 50 tahun dengan latar belakang pendidikan sebagian besar Sekolah Dasar (SD). Sehingga masih banyak petani dalam mengelola pertaniannya belum berorientasi agribisnis dan kepemilikan lahan masih rendah, ujarnya.
“Sehingga peningkatan nilai tambah hasil pertanian rendah juga, dan tentunya dengan kehadiran para penyuluh harus mampu mendinamisasi para petani, pungkasnya. (NF)