Tak lama kemudian bantuan datang. Bahlil dan timses dievakuasi. “Dikirim pesawat, dijemput, naik pesawat tinggal baju dalam saja,” terangnya.
Lebih lanjut Bahlil mempertanyakan kontribusi macam apa yang dimaksud oleh sejumlah elite Golkar.
“Saya mau tanya, kontribusi semacam apa yang dimaksudkan dia itu? Nyawa kami terancam saya mengabdi di partai tidak pernah mau menjadi anggota DPR. Tidak juga saya minta menjadi bupati, waktu itu semuanya minta saya jadi bupati. Tapi saya tidak mengambil itu, kenapa? Karena memang saya hanya mengabdi di partai,” ujarnya.
Tak hanya nyawa, Bahlil mengaku siap mengorbankan uang yang tidak sedikit demi kejayaan Golkar. Menurutnya pembiayaan operasional partai di Papua merupakan yang terbesar di Tanah Air lantaran medan pelayanan yang luas dan alam yang ganas serta inflasi yang sangat tinggi.
“Sebagai bendahara tugasnya mengeluarkan uang tapi saya tidak pernah menghitung itu kok. Yang menjadi pertanyaan bagi saya adalah apakah nyawa kami menjadi taruhan kami kemudian keluar dari partai? Saya hadapi itu semuanya. Sebab sebagai kader yang didoktrin kader patriot politik Golkar, sudah didoktrin untuk rela mau mempertaruhkan segalanya bagi moril maupun materil,” ungkap Bahlil.
Tinggalkan Balasan