kabarfaktual.com – Iran dan Israel pada Selasa (24/6) mengumumkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengakhiri perang berdarah yang telah berlangsung selama 12 hari. Kedua negara menyatakan akan mematuhi perjanjian tersebut, meskipun situasi di lapangan masih menunjukkan tanda-tanda eskalasi baru.
Israel Klaim Capai Tujuan, Iran Minta Israel Tahan Diri
Pemerintah Israel menyatakan telah memenuhi seluruh tujuan militernya, termasuk menghancurkan ancaman dari program nuklir dan rudal balistik Iran.
“Kami telah menyingkirkan ancaman eksistensial ganda. Namun, kami tetap waspada dan akan menanggapi tegas setiap pelanggaran,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Israel, Letkol Ariel Mizrachi.
Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa Iran akan mematuhi gencatan senjata selama Israel tidak melanggarnya.
“Jika rezim Zionis tidak melanggar gencatan senjata, Iran juga tidak akan melanggarnya,” tegas Pezeshkian dalam percakapan dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim.
Serangan Terakhir Pecah Sebelum Gencatan Berlaku
Meski kesepakatan telah dicapai, kedua belah pihak meluncurkan serangan terakhir pada jam-jam sebelum gencatan dimulai.
Israel melakukan serangan udara yang menghancurkan instalasi radar di Iran, sementara Iran membalas dengan serangan rudal ke Beersheba, Israel selatan, menewaskan empat warga sipil dan melukai dua lainnya.
Menurut Kementerian Kesehatan Iran, total 610 warga sipil tewas selama konflik, termasuk ilmuwan nuklir senior Mohammad Reza Seddighi Saber yang dilaporkan terbunuh dalam serangan Israel terakhir di Teheran.
Ilmuwan Nuklir Jadi Sasaran, Tel Aviv Akui Terlibat
Media Iran mengonfirmasi bahwa Seddighi Saber, yang terlibat dalam program pengayaan nuklir Iran, menjadi korban tewas. Ia juga termasuk dalam daftar individu yang dikenai sanksi oleh Departemen Luar Negeri AS karena keterlibatannya dalam proyek bahan peledak untuk program senjata nuklir.
Pemerintah Israel mengakui telah membunuh seorang ilmuwan senior Iran dalam serangan terakhir, namun tidak menyebut nama. Kantor PM Netanyahu menyebut operasi tersebut sebagai bagian dari upaya “menghancurkan jaringan militer dan ilmiah rezim Iran”.
Trump Kritik Israel, Ingatkan Soal Batas Gencatan
Presiden Trump, yang memediasi kesepakatan, mengecam Israel atas serangan udara yang dilancarkan segera setelah perjanjian gencatan disepakati.
“Segera setelah kesepakatan dicapai, Israel langsung menyerang. Itu bukan tindakan yang bijak,” ujarnya sebelum bertolak ke KTT NATO di Belanda.
Melalui platform Truth Social, Trump menulis:
“ISRAEL. JANGAN JATUHKAN BOM ITU. JIKA ANDA MELAKUKANNYA, ITU ADALAH PELANGGARAN BESAR. BAWA PILOT KALIAN PULANG, SEKARANG!”
Meski begitu, Trump menegaskan bahwa AS tidak mendorong perubahan rezim di Iran. “Saya tidak menginginkan perubahan rezim. Saya hanya ingin semuanya segera tenang,” tegasnya.
Reaksi Dunia: Waspada tapi Optimistis
Sejumlah pemimpin dunia menyambut baik gencatan senjata, namun memperingatkan rapuhnya situasi.
-
Kremlin menyebut kesepakatan ini sebagai “perkembangan yang positif jika bertahan”.
-
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut gencatan ini “rapuh namun perlu disambut”.
-
Kanselir Jerman Friedrich Merz menyatakan hal ini bisa jadi titik balik bagi stabilitas regional.
-
Arab Saudi dan China juga mendukung, dengan Beijing meminta “gencatan yang sungguh-sungguh”.
Evakuasi Warga Sipil AS Terus Berlanjut
Departemen Luar Negeri AS menyebut telah mengevakuasi sekitar 400 warga AS dan keluarganya dari wilayah konflik melalui udara, darat, dan laut. Ratusan lainnya keluar dari Iran lewat Azerbaijan dan Turkmenistan setelah upaya diplomatik.
Namun, laporan soal warga AS yang ditahan di Iran masih diverifikasi.
Gencatan Senjata Picu Pemulihan Pasar Global
Kepastian gencatan senjata mengangkat pasar finansial dunia. Saham-saham AS melonjak, dan harga minyak turun setelah kekhawatiran pasokan mereda.
-
Dow Jones naik 1,2%
-
S&P 500 menguat 1,1%
-
Nasdaq melonjak 1,4%
“Deeskalasi ini memberikan ruang optimisme,” kata Art Hogan, analis B. Riley Wealth.
Ketua The Fed Jerome Powell dalam kesaksiannya menambahkan bahwa pemotongan suku bunga bisa dipertimbangkan, namun tetap menunggu dampak tarif dan ketegangan global.
Tinggalkan Balasan