“Sekalipun di Jawa Tengah menjadi basis politik PDIP, namun tak berarti bahwa kader PDIP bisa otomatis menang atau menang mudah pada kontestasi Pilgub,” ujar dia.

Kamhar mengambil contoh pada Pilgub 2018 saat Ganjar Pranowo selaku incumbent maju kembali dan dijagokan berbagai lembaga survei untuk menang mutlak. Namun, lanjutnya, hitungan KPU tidak sama dengan hasil survei.

Saat itu, Ganjar yang berpasangan dengan Taj Yasin berhadapan dengan Sudirman Said dan Ida Fauziyah. Dia menyebut, meski menang, Ganjar tetap kesulitan menghadapi pasangan Sudirman-Ida.

“Pengalaman Pilgub Jateng 2018 yang lalu Mas Ganjar Pranowo selaku incumbent yang dijagokan berbagai lembaga survei akan menang mutlak ternyata tak mudah. Sebagian besar lembaga survei memotret perolehan Ganjar-Yasin di atas 70% sementara Sudirman-Ida kurang dari 20%, namun hasilnya kemudian perolehan Ganjar-Yasin hanya 58,78% dan Sudirman-Ida 41,22% padahal keduanya terbilang baru untuk panggung politik Jawa Tengah,” tuturnya.(SW)