JAKARTA – Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar bereaksi keras atas pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan PPP Muhammad Romahurmuziy atau Rommy. Pasalnya, Rommy memprediksi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bakal bubar.
Pernyataan Rommy ini awalnya disampaikan usai menjadi narasumber dalam acara Bimtek Anggota DPRD PPP se-Jatim di Surabaya. Dia mulanya membahas terkait KIB sampai saat ini tidak ada kemajuan.
“KIB sampai hari ini masih ada (eksis). Saya melihat belum ada kemajuan berarti, baik tentang (sosok) capres dan cawapres,” kata Romy, Senin (6/3).
Rommy lantas menambahkan sampai saat ini dinamika politik, khususnya sosok capres-cawapres yang akan diusung KIB atau koalisi lain di Pilpres 2024 masih sangat cair.
“Jadi hari ini politik Indonesia untuk capres-cawapres masih cair dan semua kemungkinan masih terbuka. Bahkan saya melihatnya itu betul-betul sesuatu yang masih gamang satu sama lain,” jelasnya.
“Jadi kemungkinan perubahan (partai masuk atau keluar) di KIB pun masih sangat besar, baik pasangan koalisi parpolnya maupun capres-cawapresnya,” lanjut Rommy.
Golkar Tegaskan Rommy Bukan Ketum PPP
Pernyataan Rommy pun mendapatkan reaksi keras dari Waketum Partai Golkar Melchias Markus Mekeng. Dia menekankan hingga kini KIB masih solid.
“KIB ini kan sebenarnya koalisi yang dibentuk paling lama sebelum ada Pak Prabowo punya (Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya), sebelum itu KIB sudah ada,” kata Mekeng saat dihubungi, Selasa (7/3/2023).
Mekeng mengatakan KIB konsisten menjelang Pemilu 2024. Lagipula, Mekeng menyebut Rommy tak merepresentasikan pandangan KIB karena bukan ketua umum. Representasi KIB hanya dipaparkan oleh masing-masing ketum partai dari PPP, Golkar dan PAN.
“Masih tetap konsisten kok KIB ini, ya Rommy ini kan baru muncul lagi di permukaan kan baru-baru saja, ya mungkin dia ketemu sama tokoh lain terus bilang seolah-olah sudah pecah. Itu kan statement yang terlalu prematur, karena satu dia bukan seorang Ketum Partai,” tutur Mekeng.
“Representasi, statement yang model kayak gini, koalisi ini sepertinya Pak Ketum partai. PPP kan masih tetap komit kepada KIB. Kalau saya anggap statement Rommy itu politisi sesama politisi, terus ditanya wartawan, ya dibuat statement itu. Tapi, menurut saya itu tidak representasi dari KIB, dari PPP,” lanjutnya.
Mekeng menyebut perwakilan tiga parpol masih intens membahas capres dan cawapres KIB. Terkait deklarasi hanya menunggu perkembangan di publik.
“Kalau politik itu nggak ada target, bisa besok, bisa bulan depan, bisa 3 bulan lagi, itu politik nggak bisa diukur-ukur. Kan semua masih melihat situasi perkembangan di publik,” kata dia.
Mekeng menegaskan jika Airlangga Hartarto bakal masih diusulkan sebagai bakal capres dari Golkar. Pembahasan cawapres masih dimatangkan dalam internal.
“Iyalah (Airlangga capres Golkar), kan sudah dimantapkan di Munas. (Cawapres) nanti dong, internal aja dalam KIB,” ungkap dia.
Tak hanya Golkar, PAN pun ikut geram dengan pernyataan Rommy. PAN menilai pandangan Rommy soal KIB keliru.
“Agak keliru cara pandangnya kalau melihat KIB ini jalan ditempat karena melihat sebuah koalisi partai politik nggak bisa seperti melihat pembangunan jembatan,” kata Wasekjen PAN Fikri Yasin saat dihubungi, Selasa (7/3).
Fikri menyebut koalisi tak bisa dilihat seperti pembangunan jembatan yang stagnan lantaran tak ada kemajuan. Fikri menilai politik jelas berbeda. Dia menyebut kemajuan KIB jelas.
“Agak beda dunia dalam politik, karena koalisi itu terdiri beberapa partai politik maka banyak dimensi yang harus dibicarakan. Sepintas bagi orang yang agak dangkal cara berpikirnya, ya boleh saja, tapi kemajuan dalam KIB ini jelas,” kata dia.
Fikri mengakui pembahasan capres dan cawapres memang masih alot. Namun hal itu termasuk bagian dari kehati-hatian agar tidak menentukan pemimpin secara asal-asalan.
“Iya (jangan terburu-buru),(semisal) capres sudah sepakat terus wapres. Memang alot, tetapi alotnya itu lebih kepada kan ini untuk target kemenangan. Di sisi lain capres cawapres ini kan memimpin negara jadi nggak bisa kita asal-asalan gitu,” tutur Fikri.
“Hanya karena gengsi sektoral partai, kemudian atau hanya kepentingan semata menurut saya berat kalau gitu ceritanya,” sambungnya.(SW)