JAKARTA – Capres Partai Nasdem Anies Baswedan sering dituding intoleran selama menjabat Gubernur DKI kemarin. Namun Anies menjawab tudingan itu semua dengan santai.
“Buktikan saja. Kenyataannya bagaimana? Adakah kebijakan yang intoleran di DKI? Tidak ada,” kata saat bertemu dengan para tokoh ulama di Kantor DPW NasDem Sumatera Utara, Jumat (4/11/2022).
Hal itu disampaikan Anies ketika ditanya oleh salah satu peserta dalam pertemuan itu, mengenai cara menghadapi tudingan politik identitas. Menurutnya, tudingan tersebut hanya perlu dijawab dengan pertanyaan mengenai bukti terkait adanya politik identitas.
“Saya sering menyampaikan, jangan di-counter, jadi kalau bapak mendengar bahwa misal dikatakan ‘Anies tidak toleran, diskriminatif, Anies tidak bersahabat’, maka bapak jangan jawab ‘Anies bersahabat’, bapak tanya saja ‘bisakah ditunjukkan buktinya?’ Karena kalau tidak bisa ditunjukkan buktinya, maka pernyataan itu batal demi akal sehat,” kata Anies.
Mantan Gubernur DKI ini mengimbau untuk tidak menilai seseorang berdasarkan persepsi. Namun, menurutnya, nilailah seseorang berdasarkan kenyataan.
“Ketika saya baru selesai pilkada saya tidak bisa menjawab dan saya tidak mau jawab, kenapa? Saya akan jawab bukan dengan pernyataan tapi dengan kenyataan. Karena kenyataan akan bisa dipertanggungjawabkan,” katanya.
“Persepsi yang terbentuk oleh penyataan itu wajar. Tapi persepsi yang terbentuk oleh kenyataan itu kuat. Kenapa? Karena Itu ditopang dengan kenyataan, hanya perlu waktu,” sambungnya.
Lebih lanjut, mantan Rektor Universitas Paramadina ini mengatakan rekam jejaknya sebagai Gubernur DKI Jakarta dapat dilihat. Menurutnya, jika persepsi intoleran tersebut harus memiliki bukti.
“Saya sudah bertugas lima tahun. Saya sering kepada yang bertanya, ‘Pak Anies intoleran?’ Tolong tunjukkan buktinya karena saya sudah bekerja di Jakarta 5 tahun. Apakah 5 tahun di Jakarta intoleran? Apakah 5 tahun di Jakarta diskriminatif? Apakah 5 tahun di Jakarta menimbulkan kebijakan yang tidak bersahabat kepada siapapun? Kalau itu tidak ada, maka persepsi itu harus dikoreksi dengan kenyataan,” ujar Anies.
“Karena ini digaungkan terus-menerus. Maka usul saya, jangan di-counter tapi diberikan pertanyaan. Kalau diberi pertanyaan yang harus berikan buktinya bukan anda, tapi yang bicara. Saya tidak mau menceritakan, biar mereka ceritakan bukti-buktinya. Itulah yang terjadi di Jakarta,” lanjutnya.
Anies mengatakan jika ingin melihat bukti nyata, maka lihat dari rekam jejaknya. Menurutnya, rekam jejak lebih terbukti jika dibandingkan visi misi.
“Kami mempercayai bila kita memproyeksi perilaku seseorang di masa depan, maka lihatlah perilaku di masa lalu. Kalau ingin proyeksi di masa depan maka gunakan apa yang telah dikerjakan di tempat di mana dia pernah bertugas. Jadi bapak ibu akan menatar, ada banyak yang disebut sebagai capres, lihatlah yang dikerjakan kemarin untuk bisa melihat besok,” tuturnya.