Yahya Staquf: Capres Jangan Bawa-bawa NU

KEDIRI – Nahdlatul Ulama (NU) tidak akan pernah dan tidak boleh dicatut atau dibawa ke dalam ranah politik, terutama dalam urusan capres 2024. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kembali menegaskan hal itu.

Tampaknya kali ini NU berbeda dengan era sebelumnya. Jika sebelumnya banyak yang mengatasnamakan NU, bahkan Wapres sekarang pun dari NU. Kini apakah benar NU bebas dari politik atau hanya sekadar omdo?

Penegasan tentang sikap politik NU yang tak mau dibawa ke ranah politik 2024 diutarakan Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat mengisi acara Halaqah Fikih Peradaban di Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri.

Menurut ulama yang akrab disapa Gus Yahya, bila ada calon presiden dari NU itu atas nama prestasi dan kredibilitas serta track record-nya sendiri. Bukan atas nama NU.

“Berkali-kali saya nyatakan, tidak ada capres atau cawapres atas nama NU,” kata Gus Yahya, Sabtu (21/1/2023).

Ketika disinggung soal pemimpin yang cocok untuk memimpin bangsa Indonesia ke depan, Gus Yahya mengatakan yang penting amanah dan punya kapasitas. Menurutnya, masyarakat bisa membandingkan siapa yang sesuai jadi presiden maupun wakil presiden.

Baca Juga:   Awal Ramadhan 2024 Versi NU dan Muhammadiyah

“Kita serahkan kepada masyarakat. Biar masyarakat pilih sendiri” imbuh Gus Yahya.

Halaqah Fikih Peradaban yang digelar di Lirboyo kali ini memang agak berbeda dari biasanya. Dari 240 Halaqah yang sudah digelar PBNU, Gus Yahya mengatakan kali ini adalah pembuka atau prolog Muktamar Internasional Fikih Peradapan yang akan digelar di Surabaya pada 6 Februari 2023 nanti.

“Makanya, ini tadi yang menjadi pembicara ada juga dari Internasional. Yakni dari Mesir dan Inggris,” pungkas Gus Yahya.

Pernyataan Gus Yahya tersebut didukung sepenuhnya oleh GP Ansor Jatim.
Bendahara GP Ansor Jatim M Fawait mengamini Gus Yahya. Ia menyebut, NU tidak kemana-mana saat Pilpres 2024, tetapi kader NU ada di mana-mana.

“Saya bersyukur atas arahan yang diberikan oleh Gus Yahya bahwa NU ini bukan parpol. Jadi betul, tidak ada capres-cawapres NU. NU ormas terbesar di Indonesia, tapi capres yang muncul mungkin kader NU,” kata Fawait, Rabu (11/1/2023).

Politikus yang akrab disapa Gus Fawait ini menyampaikan sebuah kewajaran ketika lembaga sebesar NU menjadi rebutan oleh para capres untuk meminta dukungan. Tetapi yang terpenting, PBNU tetap mengambil sikap netral.

Baca Juga:   Masyarakat Peduli Demokrasi Minta Jokowi Cuti Kalau Mau Endors Capres

“Komitmen GP Ansor Jatim sepakat dan sami’na waatho’nah tidak ada calon mengatasnamakan NU. NU tidak kemana-mana, tapi NU di mana-mana,” jelasnya.(SW)