Jika Golkar Calonkan Ganjar – Airlangga, Peta Politik Bisa Berubah

JAKARTA – Jika Golkar calonkan Ganjar – Airlangga, peta politik bisa berubah. Tak hanya itu, ini juga bisa mendongkrak suara Golkar.

Saiful Mujani Research Center (SMRC) menggelar survei terkait bakal capres 2024 Ganjar Pranowo dengan Partai Golkar. Hasilnya, jika Golkar mencalonkan Ganjar Pranowo maka peta politik 2024 berubah.
Berdasarkan keterangan tertulis SMRC, Kamis (17/11/2022), survei ini menggunakan teknik wawancara tatap muka pada 3-9 Oktober 2022.

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1.220 responden. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

Direktur Eksekutif SMRC, Saiful Mujani menjelaskan survei eksperimental yang dilakukan SMRC untuk menilai efek calon presiden terhadap perolehan suara partai Golkar. Ada tiga tokoh yang dipilih yakni Airlangga Hartarto, Ganjar, dan Erick Thohir.

Airlangga dimasukkan karena dia sebagai Ketum Partai Golkar. Ganjar karena ada diskusi di kalangan Golkar untuk diusung calon. Sementara Erick adalah politikus non-partai yang selama ini sudah melakukan sosialisasi.

Dalam survei ini pertama dilihat adalah variabel kontrol terhadap eksperimen. Pertanyaannya adalah ‘Apabila pemilihan legislatif dilakukan sekarang, anda akan memilih partai apa?’

Baca Juga:   Debat Capres 2024: Anies Serang Terus Prabowo dengan Kritik Menohok

Hasilnya mirip dengan hasil survei umumnya di mana PDIP menempati urutan pertama, Gerindra di urutan kedua, dan Golkar di urutan ketiga. Namun, Saiful mengingatkan bahwa survei eksperimental ini hanya menggunakan sample 267, sehingga margin of error-nya sekitar 6,1 persen, umumnya margin of error survei nasional SMRC sekitar 3 persen.

Survei ini menemukan bahwa Ganjar memiliki efek positif pada penguatan suara Golkar. Pertanyaan kuesioner adalah jika Golkar mencalonkan Ganjar sebagai presiden, partai atau calon dari partai mana yang akan dipilih

Dalam simulasi ini, Golkar mengalami penguatan dari 11 persen menjadi 17 persen suara. Kenaikan suara Golkar kurang lebih 6 persen. Menurut Saiful, ini menunjukkan Ganjar bisa menaikkan suara partai Golkar, jika dia dicalonkan.

Namun, ada catatan menarik, menurut Saiful, jika Golkar mencalonkan Ganjar, maka suara PDIP menjadi turun dari 25 persen, variabel kontrol menjadi 18 persen.

Saiful menjelaskan bahwa selama ini, dalam berbagai survei, PDIP mendapatkan suara selalu melampaui perolehan pada Pemilu 2019. Menurut dia, salah satu unsur suara PDIP tersebut adalah pendukung Ganjar. Jika Ganjar dicalonkan atau pindah ke partai lain, sebagian suara PDIP juga pindah.

“Kalau Ganjar dicalonkan oleh Golkar, dia mengajak (sebagian) pemilihnya pergi ke Golkar,” kata Saiful.

Lebih jauh Saiful menyatakan bahwa jika Golkar mencalonkan Ganjar, peta kekuatan politik partai mengalami perubahan, di mana Gerindra, PDIP, dan Golkar menjadi berimbang. Saiful memberi catatan agar PDIP perlu berhati-hati dengan hasil temuan ini.

Baca Juga:   Kental Politik Identitas, Ganjar Muncul di Adzan Maghrib TV

“Kalau PDIP ingin menjaga suaranya, mereka harus hati-hati dengan fakta ini. Jangan sampai Ganjar diambil oleh partai lain.” kata Saiful.

Sementara itu, nama Airlangga dimasukkan dengan format pertanyaannya menjadi bila Golkar mencalonkan Airlangga untuk menjadi presiden, partai atau calon partai mana yang akan dipilih, hasilnya partai Golkar mendapatkan 13 persen suara. Ada kenaikan dua persen dari hasil variabel kontrol, tapi tidak signifikan.

Saiful menjelaskan bahwa kenaikan dua persen ini tidak cukup signifikan untuk menyatakan pencalonan Airlangga memiliki efek positif pada perolehan suara Golkar. Namun penting digarisbawahi, lanjut Saiful, setidak-tidaknya pencalonan Airlangga tidak memiliki efek negatif.

“Airlangga tidak memiliki efek, baik positif maupun negatif, pada suara partai Golkar. Karena itu, jika Golkar mencalonkan Airlangga, kemungkinan menaikkan suara Golkar tidak terjadi,” jelas Saiful.(SW)