Anies Baswedan Capres Nasdem, Saling Sahut Djelantik dan Bestari

JAKARTA – Anies Baswedan capres Nasdem, saling sahut Djelantik dan Bestari. Kalau Niluh Djelantik pilih keluar dar Nasdem usai penetapan Anies Capres sementara Bestari justru membela Anies.

Niluh Djelantik meninggalkan posisi Ketua DPP Partai NasDem karena Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diusung sebagai calon presiden (capres) 2024. Niluh menunjukkan ketidak sukaannya kepada Anies.

Alasan Niluh Djelantik, Anies Baswedan selama ini menggunakan politik identitas. Ia juga beranggapan Anies memenangkan pilkada DKI Jakarta 2017 karena politik Identitas. Ia tidak melihat Ahok yang justru kepleset lidah menghina umat Islam dari pernyataannya terkait surah Almaidah.

Di mata Niluh Djelantik Anies lah yang salah. Ini berbeda dengan politikus senior Partai NasDem Bestari Barus yang tak sepakat dengan anggapan Niluh Djelantik bahwa Anies menggunakan politik identitas.

“Kalau dibilang Anies itu adalah politik identitas, mungkin karena Niluh Djelantik belum ngobrol dengan saya, sehingga belum punya kesempatan untuk menjelaskan siapa sebenarnya Anies Baswedan dan mungkin selama ini Niluh Djelantik tidak mendapatkan mitra yang tepat dalam berdiskusi tetang siapa Anies Baswedan,” kata Bestari kepada wartawan, Selasa (4/10/2022).

Baca Juga:   Digadang Capres 2024, Anies Sasaran Tembak KPK

Menurut Bestari, jika ingin mengetahui sifat seseorang, maka berikan orang tersebut kekuasaan atau jabatan. Saat Anies diberikan jabatan oleh warga, di mata Bestari tak ditemukan Anies menggunakan politik identitas.

“Coba tunjukkan satu saja, case yang bisa kemudian kita cap dia (Anies Baswedan) yang berpolitik identitas, satu saja. Kalau berhasil, ya itu boleh sama-sama kita sebut bahwa Anies memang seperti itu,” ujarnya.

Bestari mengatakan Niluh Djelantik belum pernah bicara dengan dirinya, sehingga tidak tahu bagaimana sesungguhnya Anies selama memimpin Jakarta. Anies ditetapkan sebagai pejabat nomor satu di Jakarta, kata Bestari, mutlak dipilih warga Jakarta.

“Selama jabatan itu tunjukkan satu, kalau kemudian pada waktu itu ada kisah ayat dan mayat, saya kira begini loh, realistisnya, objektifnya, bahwa Anies itu dipilih dan ditetapkan sebagai gubernur dalam pemilu itu bukan oleh ayat dan mayat, tapi keputusan KPU lembaga negara,” ucapnya.

Bestari mengingatkan Niluh Djelantik agar tak hanya mengejar pengakuan dengan cara menilai seseorang tanpa mengenali orang tersebut lebih dahulu. NasDem, kata Besatri, sudah mengenali Anies sehingga mantap mengusung di 2024.

Baca Juga:   Anies Baswedan Tanggapi Film 'Dirty Vote': Peringatan Tentang Respons Rakyat terhadap Kecurangan

“Ini, saya berharap Indonesia memahami bagaimana tata kelola pemerintahan kita ini, sehingga tidak kemudian ada orang berbicara ‘Oh si anu begini’, kemudian karena kita ingin eksis, atau karena kita ingin diakui keberadaanya dan sebagai, kemudian mengiyo-iyo, kata orang itu,” tegas Bestari.

“Partai NasDem telah melakukan pendalaman sedalam-dalamnya dan tidak menemukan celah Anies itu adalah orang yang dicap sebagai menunggangi politik identitas. Tidak pernah,” imbuhnya.(SW)